Rizkysmg.com - Pembicaraan seputar Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama (NU) kembali mencuat seminggu terakhir.
Sebagian orang kembali membanding-bandingkan kedua organisasi massa (ormas) terbesar di Indonesia tersebut dan mengaitkannya dengan ajaran Islam.
Menurut Saya, para ulama Indonesia mempunyai kesempatan belajar yang sangat luas. Akibatnya, mereka ada yang belajar di Libya, Arab Saudi, Qatar, Yaman, dan seterusnya.
Setelah mereka kembali ke Indonesia, semua ulama mengajarkan kepada umat di wilayahnya masing-masing sesuai dengan yang dipelajari.
Sebagai contoh seperti ini, ada yang mengajarkan membaca surat Al Fatihah dengan bacaan basmalah diucapkan dengan jelas dan ada yang tidak.
Jadi, ketika orang di suatu wilayah pergi ke tempat lainnya dianggap berbeda. Orang yang tidak melafalkan dengan jelas basmalah ketika membaca surat Al Fatihah dianggap Muhammadiyah dan yang sebaliknya dianggap NU.
Padahal itu bukan suatu yang mendasar. Masyarakat hanya belum diajarkan tentang fiqih ikhtilaf, sehingga sering belum bisa menyikapi perbedaan.
Sejak kapan Abu Bakar As Shidiq jadi Muhammadiyah? Sejak kapan Ibnu Umar menjadi NU?
Sahabat Nabi tidak ada yang mengajarkan Islam Muhammadiyah atau Islam NU.
Kedua organisasi didirikan lebih dari 1.000 tahun setelahnya. Muhammdiyah berdiri 18 November 1912. Sementara NU didirikan beberapa tahun kemudian, tepatnya 31 Januari 1926.
Organisasi tersebut didirikan untuk memudahkan cara kita menjalankan syariat. Kalau pingin ikut silakan, cocok silakan. Tidak cocok, saling toleransi dalam kebaikan. Silakan pilih yang kira-kira memudahkan kita dalam jalan menuju Allah SAW”.
Namun, dalam penjelasannya meminta keikutsertaan dengan Muhammadiyah dan NU jangan dikaitkan dengan dalil-dalil yang berbeda dalam menjalankan syariat, apalagi berselisih.
Semua berasal dari Nabi. Jadi tidak perlu diperdebatkan.
“Kalau semua berasal dari Nabi, masa anda menyoalkan Nabi...?”