Hallo shobat perkenalkan saya rizky kharisma Creator Website Rizkysmg.com kali ini saya akan menceritakan perjalanan wisata religi saya hari ini (Jumat, 28-07-2023) seputar Sendang Kalimah Toyyibah, Penasaran kan silahkan Disimak Menarik pastinya.
Apa yang terlintas di pikiran kalian jika mendengar Kota Semarang? Pastinya daerah yang memikiki ratusan destinasi wisata bukan...?
Nah, di salah satu wilayahnya terdapat wisata religi, tepatnya di Nyatnyono, Ungaran, ada sebuah makam yang sangat di keramatkan oleh penduduk sekitar yaitu makam waliyullah Hasan Munadi dan makam putranya waliyullah Hasan Dipuro.
Makam-makam wali tersebut hingga kini masih dirawat dengan baik oleh masyarakat. Makam waliyullah tersebut terletak di atas bukit dengan pemandangan yang sangat indah.
Sejarah Masjid Subulussalam dan Desa Nyatnyono
Nyatnyono sendiri pada zaman dahulu merupakan sebuah masjid dan sekarang melebar menjadi sebuah desa, di desa Nyatnyono sendiri terdapat sebuah masjid peninggalan Kyai Hasan Munadi dan anaknya Kyai Hasan Dipuro.
Kisahnya berawal dari Hasan Munadi muda menjadi santri bersama Raha Demak Bintoro Sunan Bonang, Raden Fattah.
Setelah menjadi santri di pondok dan di ketahui Sunan Bonang bahwa keduanya sudah cukup berilmu, maka keduanya di beri perintah masing-masing untuk menyebarkan ilmu.
Sementara Raden Fattah diberikan amanah untuk membuat pesantren di Glagah Wangi atau sekarang dikenal dengan Bintoro, dan Hasan Munadi diperingatkan kembali pulang kampung untuk menyebarkan ilmu di kampung halamannya, semarang dan sekitarnya.
Baca Juga : Agen Resmi Natura World Semarang
Nama sebuah desa Nyatnyono adalah sebuah desa di mana kampung halaman Kyai Hasan Munadi berasal, Nyatnyono dalam bahasa Indonesia berarti “tiba-tiba ada” cerita berawal dari Kyai Hasan Munadi yang sedang berkhalwat untuk menyebarkan islam, dalam khalwatnya ia diberi isyarat untuk mendatangi sebuah tempat yang terdapat masjid.
Namun sayangnya tempat tersebut belum ada bangunan masjid. Hingga akhirnya Kyai Hasan Munadi sampai di tempat dalam isyarat khalwatnya, secara tiba tiba sebuah masjid sudah berdiri tegak, yang berada dilereng gunung Sukroloyo.
Makam Kyai Hasan Dipuro
Kyai Hasan Dipuro adalah anak dari Kyai Hasan Munadi, mereka dimakamkan berdekatan dan dipisah oleh jalan menuju parkiran. Untuk menuju ke makam dan ke masjid, Urbanreaders harus menaiki anak tangga karena makam dan masjid berada di atas tempat parkir.
Sendang Kalimah Toyyibah
Menariknya, di sekitar lokasi makam terdapat sebuah pemandian yang airnya diambil dari sebuah sendang peninggalan Kyai Hasan Munadi, letak dari sendangnya sendiri tak jauh dari lokasi makam.
Perawat Sendang Kalimah Toyyibah, Pak Ahmaji mengatakan ratusan hingga ribuan peziarah mendatangi tempat ini. Tak hanya warga sekitar, peziarah yang datang disebutnya berasal dari seluruh Indonesia, bahkan luar negeri.
Setiap hari ratusan bahkan ribuan orang datang ke sini. Dari seluruh Indonesia, luar negeri juga ada dari Malaysia, Singapura sama Taiwan, Kata Pak Ahmaji di lokasi, Jumat (28/07/2023).
Sendang nyanyono sebenarnya juga memiliki sejarah yang tak lepas dari Kyai Hasan Munadi, yaitu bermula dari tongkatnya Hasan Munadi yang ditancapkan ke tanah kemudian dicabut dan keluarlah mata air yang sekarang menjadi sendang.
Tak hanya itu, sumber air yang memiliki nama Sendang Kalimah Toyyibah ini merupakan mata air di bawah pohon beringin yang berusia puluhan tahun. Sumber air ini tidak pernah kering meski musim kemarau panjang.
Masjid Subulussalam dan sendang Nyatyono memang tak bisa dipisahkan dari sosok penyebar Islam di tanah Semarang, Hasan Munadi. Bahkan asal usul nama Nyatyono juga merupakan bagian dari syiar Islam yang mereka lalukan.
Sendang ini mulai dikembangkan dari tahun 1986, dikembangkan bersamaan dengan renovasi masjid peninggalan Syekh Hasan Munadi. Airnya tidak pernah kering meskipun musim kemarau, jelasnya Pak Ahmaji.
Menariknya, konon air di sendang ini di percaya memberikan karomah atau khasiat khusus. Mulai dari kesehatan, rezeki, maupun ketenangan batin atau spiritual.
Baca Juga : Agen Resmi Natura World Semarang
Maka, setiap hari ada ratusan peziarah yang rela mandi atau sekedar berwudhu untuk membersihkan diri mereka. Para peziarah juga bebas membawa pulang air tersebut menggunakan botol atau jerigen.
Peziarah disini di izinkan untuk mandi atau bahasanya sesuci, biasanya mandi untuk taubat dan sebagainya. Air karomah ini di percaya membawa kebaikan atau dapat mengabulkan hajat seseorang, bisa juga untuk pengobatan. Tapi kembali lagi, semua karena Gusti Allah, imbuhnya.
Meski begitu, terdapat aturan bagi peziarah. Antara lain, wanita yang sedang datang bulan tidak diizinkan mandi di Sendang. Peziarah juga tidak diperbolehkan mandi dengan telanjang, dan diimbau tetap menjaga sikap dan aturan.
Kalau di sini memang ada beberapa aturan, wanita sedang haid tidak boleh mandi, tidak boleh memakai perhiasan yang mencolok, tidak boleh mandi telanjang, tegasnya.
Walaupun sarat dengan nuansa islami, sendang Nyatnyono sebenarnya terbuka untuk umum. Peziarah yang datang juga tidak di kenakan tarif masuk atau pengambilan air.